Seorang yang bernama reza merasa hidupnya sudah merasa lengkap, reza berkata aku punya ayah yang baik padaku dan ibu selalu sayang padaku,bahkan aku berasal dari keluarga yang kaya dan akupun pandai dalam pelajaran apapun ,ia pun merasa puas dan bahagia , reza mpuyai sahabat sejati yang brnama aris.
Hujan kian deras mengguyur bumi. Sesekali aku harus memeluk Dafa yang masih bayi ketika suara guruh menggedor-gedor pintu langit dengan kerasnya. Aku memandang sayu ke arah anak-anakku yang tertidur di atas tikar pandan. Duhai.. alangkah indah dan sucinya wajah mereka. Kutatapi wajah mereka satu persatu dengan nikmatnya. Demikiankah wajah bidadari kecil dari syurga Allah?
Sejenak aku terlupa betapa seperempat jam yang lalu ketiga bidadariku itu menangis karena lapar yang tidak tertahankan. Zakia yang paling besar menangis dengan keras sekali sambil menghentak-hentakkan kaki.
“Zakia lapar, Umi. Lapaar..mana nasinya?” Sementara Yamin yang masih tiga tahun hanya bisa merengek-rengek panjang dengan kosa kata yang terbatas, “Umi, mo mamam, Umi.”
Kutatapi segenggam beras yang masih tersisa. Subhanallah..teringat aku kepada Mas Darman, Abinya anak-anak. Tadi pagi ia berangkat tanpa sarapan apapun kecuali segelas air sumur yang kumasak dengan kayu api. Bagaimana kalau hari ini Abi tidak berhasil membawa seliter beraspun seperti kemarin.
Sejenak aku terlupa betapa seperempat jam yang lalu ketiga bidadariku itu menangis karena lapar yang tidak tertahankan. Zakia yang paling besar menangis dengan keras sekali sambil menghentak-hentakkan kaki.
“Zakia lapar, Umi. Lapaar..mana nasinya?” Sementara Yamin yang masih tiga tahun hanya bisa merengek-rengek panjang dengan kosa kata yang terbatas, “Umi, mo mamam, Umi.”
Kutatapi segenggam beras yang masih tersisa. Subhanallah..teringat aku kepada Mas Darman, Abinya anak-anak. Tadi pagi ia berangkat tanpa sarapan apapun kecuali segelas air sumur yang kumasak dengan kayu api. Bagaimana kalau hari ini Abi tidak berhasil membawa seliter beraspun seperti kemarin.